Friday, July 25, 2025

Hong Kong ; Halal Food


hanya ada 2 cara untuk mengetahui makanan halal yang ada di Hong Kong dengan pasti : 

1. download document yang berupa list halal&vegetarian restaurants yang diterbitkan oleh pemerintah Hong Kong, SAR 
2. research sampai muntah


Hong Kong memang destinasi yang ramah muslim, tapi bukan berarti segampang itu untuk menemukan makanan halal seperti di Indonesia. bold warning dari orang tua saya ketika saya sedang berada di luar negeri adalah : hati hati dalam makanan (jangan sampai termakan yang syubhat apalagi sampai haram) jangan dekat dekat dengan alkohol, dan jangan masuk ke tempat ibadah orang. karena, kalau sampai termakan yang tidak bersih, maka hal itu berpengaruh langsung kepada ibadah. kalau sampai sembarangan masuk tempat ibadah orang, siap-siap malamnya bisa ngga' bisa tidur.


jika dibandingkan dengan Singapura, makanan halal di Singapura tentu lebih banyak pilihan, tapi bukan berarti cari makanan halal di Hong Kong itu sulit. yang penting kita tau dengan pasti langkah yang akan kita lakukan. nah, ini adalah 3 hal yang kami lakukan untuk terhindar dari makanan yang tidak bersih.


1. download dan pelajari documents yang sudah diterbitkan pemerintah Hong Kong, SAR


Hong Kong, SAR goverment melalui ministry of foreign affairs secara berkala menerbitkan daftar restoran halal & vegetarian. ini adalah sumber resmi yang bisa kita jadikan acuan untuk menentukan kita mau makan apa. karena jumlahnya tidak banyak (tidak sebanyak di Singapura) saya membawa kotak makan dari Indonesia setiap kali saya datang ke tempat makan halal. jadi bisa dibilang saya selalu over order ; saya makan dulu sampai cukup, kemudian selebihnya saya masukan ke dalam kotak makan, jaga jaga kalo saya lapar dan jauh dari lokasi makanan halal. dokumen resmi berisi daftar makanan halal yang diterbitkan pemerintah Hong Kong dalam bentuk .pdf bisa di-download di sini.


2. research, reseach, research!


setelah selesai mempelajari semua dokumen dan website terbitan pemerintah, saatnya saya melakukan research.


untuk perjalanan ke luar negeri, saya membagi sumber informasi ini menjadi 3 wilayah :


1. informasi panjang.


biasanya bersumber dari blog, youtube video (termasuk nonton walking tour) & pinterest. dalam mempelajari informasi panjang ini saya harus fokus untuk merangkum apa apa saja yang saya anggap penting dan relevan dengan perjalanan dan personality saya. setelah selesai merangkum baru saya structuring ulang, dan informasi panjang ini adalah informasi utama dalam riset perjalanan saya, termasuk soal makanan. karena biasanya riset ini saya bedakan :


1. riset detail perjalanan (itinerary, lokasi hotel, lokasi masjid terdekat (ini penting!), ticket pesawat, layover, cuaca, pakaian, aplikasi yang wajid di-download, peraturan negara setempat baik yang tertulis & yang tidak, mempelajari penduduk local & etiquette yang harus dipatuhi, dan masih banyak lagi)

2. riset makanan halal dan alternative-nya, seperti kalau memang sesulit itu & saya harus masak, di mana toko bahan makanan halal.

3. finished spreadsheets yang berisi kecocokan dan relevansi final antara riset detail perjalanan & riset makanan halal.


2. informasi pendek


biasanya bersumber dari social media seperti Tiktok & Instagram, dan ini sifatnya informasi tambahan. termasuk informasi dari AI Company seperti DeepSeek & ChatGPT.


research dari sosial media ini walaupun sifatnya tambahan, jujur saja lebih melelahkan karena kadang preferensi, personality & capability creator itu ngga’ selalu jelas. jadi, walaupun informasi yang saya dapat dari sumber ini tuh banyak, tapi saya harus validasi informasi tersebut dan itu cukup memakan waktu, karena kadang ada informasi yang saya harus validate lebih dari sekali bahkan harus berulang ulang. kadang saya sampe harus reasoning, kenapa sih creator ini ngomong kayak gini?. nah, makin panjang kan prosesnya. HAHAHAHAHA.


makanya saya harus bener bener spend banyak waktu ketika berada di wilayah ini.


3. informasi detail (karena dari poin 1&2 tidak bisa ditarik kesimpulan)


saat research tentang makanan di Hong Kong, saya cukup dengan poin 1&2, hanya saja kemarin saya harus bener bener ngubek pinterest untuk akhirnya bisa punya spreadsheets yang saya jadikan pedoman.


tetapi, kadang ada situasi yang tidak sebagus itu.


jalan terakhir ketika informasi panjang itu kurang/terlalu banyak dan informasi pendek terlalu simpang siur : research dari buku.


kalau cara ini sudah saya tempuh, berarti udah kacau banget sehingga saya udah bener bener bingung gimana cara structuring-nya.


di tahap ini, research-nya harus bener bener sabar, lama dan makan waktu. daripada ngga’ dapat jawaban sama sekali yang bisa dipegang, ya gapapa harus sabar.


mana destinasi sih yang menempati tahta tertinggi informasi paling simpang siur yang bikin saya harus sabar banget belajar dari buku buku ini?


TOKYO :)))


3. plot tempat makan halal tersebut sesuai daerah tinggal


setelah selesai mempelajari sumber resmi & riset sampai muntah, masuklah kita pada tahap yang terakhir. tidak semua tempat makan halal itu dekat dengan tempat kita tinggal.


ada yang dekat, ada yang agak jauh, ada yang jauh, ada yang jauh banget.


di sini, biasanya saya sudah harus bersahabat baik dengan google maps beserta street view-nya. karena hanya karena di peta tulisannya 250 meter dan bisa ditempuh dalam waktu 5 menit, bukan berarti informasi itu adalah informasi aktual. melalui street view, kita bakal tau itu jalan menanjak apa enggak, harus nyebrang jalan berapa kali, sepadat apa orang yang lewat sana, dan sebagainya.


the more you do your research, the more you close with the actual situation.


dan tempat makanan halal yang sudah kami plot inilah biasanya yang menentukan akhirnya kami menginap di daerah mana.



saat di Hong Kong, kami beruntung memiliki 2 tempat makan yang walking distance : Wai Kee & Islamic Centre. dan saat kami berjalan jalan melihat sekeliling, banyak dispensary & groceries store sehingga saya yang hampir selalu tidak cocok dengan sabun dan sampo hotel, harus selalu beli buah-buahan, gula, teh dan Evian berbotol botol ini tidak terlalu jauh angkat angkat untuk sampai ke tempat kami tinggal. karena walking distance, jadi yah laper dikit langsung ngacir makan ke masjid yekan.


why i do this?


because for everything i love, i must put an effort on that. and that’s what i did in Hong Kong.


Hong Kong ; Overview & Budget

 


secara umum, Hong Kong saya bagi menjadi 4 wilayah : 
Hong Kong Island, Kowloon, New Territories & Lantau Island. 


selain karena 4 wilayah di Hong Kong ini memiliki fungsi wilayah dan fungsi geografi yang berbeda, karakteristik dan feel di wilayah tersebut juga berbeda, dan ini yang paling penting menurut saya.

contohnya seperti New Territories dan Lantau Island. New Territories adalah daerah catchment area yang mana sangat tidak common untuk kita sebagai traveler untuk menginap di sana. unless kita mau naik gunung, tidak terlalu banyak aktivitas sehari-hari yang bisa kita lakukan di wilayah tersebut. begitu juga dengan Lantau Island.

basically, Lantau Island adalah pulau di mana HKIA berada. kecuali kita menginap di dalam Disneyland Resort, gagasan menginap di Lantau Island rasanya agak sedikit mengherankan karena Lantau Island ini adalah daerah pelabuhan kontainer.


jadi, jika ingin menginap di Hong Kong sebaiknya di mana? tentu jawabannya tergantung, yang jelas kalau tidak di Kowloon, berarti di Hong Kong Island.

sudah banyak contents yang membahas terkait kelebihan dan kekurangan menginap di Kowloon atau Hong Kong Island yang bisa membantu kita memutuskan sebaiknya menginap di mana dan daerah mana. tetapi menurut saya, Hong Kong Island wilayah jantung kota (seperti Central & Causeway Bay) lebih cocok untuk tipikal profesional muda white-collar urban karena di daerah ini mereka nyaris bisa mendapatkan segalanya. wilayah yang lebih teratur, kedai kopi & matcha yang beragam mulai dari fancy sampai roastery ada semua, kedai makanan dengan penganturan yang lebih sistematis dan hal hal yang rigid kesukaan mereka lainnya.


untuk daerah lain di Hong Kong Island yang lebih ke arah timur seperti North Point atau yang lebih ke arah barat seperti Kennedy Town, memiliki pengunjung yang lebih beragam dibanding Central & Causeway Bay, walaupun tempat wisata yang mereka pilih sebenernya masih gitu gitu aja ; kalo ngga' art gallery pasti ga jauh dari bookstore/library.


berbeda dengan Kowloon di mana wilayah ini memiliki atraksi utama belanja dan budaya. there’s so many place to shop in Kowloon, belum lagi tempat yang menarik di Kowloon itu lebih banyak dibanding di Hong Kong Island. mulai dari HKMOA, K11 Musea, M+ dan yah, Tsim Sha Tsui itu sendiri kan di Kowloon. jadi dari segi keramaian, Kowloon ini sangat sangat ramai, apalagi dibandingin dengan Central yang isinya literally gedung kantor semua. unless you are an architect, civil engineer atau urbanist lainnya rasanya alasan ke Central itu cuma buat naik ferris wheel yang antriannya ngga’ masuk akal itu dan muter muter di taman sekitar Central Ferry Pier sampai ke City Hall.

saya sendiri selama di Hong Kong tinggal di Overseas Building di Causeway Bay dengan alasan yang sangat personal ; bisa jalan kaki ke Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick Islamic Centre, hanya perlu naik tram beberapa stop ke KFC di Pasar Wan Chai yang sudah jelas status halalnya, dan bisa jalan kaki ke The Matcha Tokyo yang satu area dengan Time Square di mana di sana ada MUJI yang lumayan gede.

yang saya ngga’ tau, ada Coffee Roastery di deket masjid, dan ada toko Indonesia yang menjual makanan Indonesia yang jelas murah dan jelas halalnya. toko Indonesia dan KFC Wan Chai inilah yang membuat saya bisa mengatur budget makan saya lebih efisien sehingga saya bisa membeli lebih banyak mainan di Mong Kok.



jika bicara soal budget liburan ke Hong Kong, sebenarnya ini sama seperti saat kita bicara budget untuk liburan ke kota/negara mahal di asia lainnya kalau tidak pakai tour seperti singapura, shanghai, kyoto dan teman temannya ; we have to choose what to sacrifice.


sekali makan mahal? iya, rata rata 100 HKD (sekitar 250rb-an) sekali duduk. ngopi? mulai dari 50 HKD (sekitar 125rb-an) untuk 1 gelas. kalau minum matcha apalagi yang ceremonial grade tentu harganya di atas itu. kalau mau makan murah, makanlah di KFC Wan Chai atau toko toko Indonesia, which is ini adalah yang kami lakukan.


tapi makanan bukan yang termahal dari Hong Kong. yang termahal di Hong Kong adalah transportasi :))) 




ticket pesawat ke Hong Kong itu tergantung kita tinggal di mana, bandara terdekat dari rumah kita itu apa dan ke Hong Kong-nya kita terbang dari mana dan naik apa.


karena saya tinggal di Bontang, yang paling convenient untuk saya jelas terbang dari SAMS Sepinggan Balikpapan International Airport dengan rute terbang Balikpapan - Singapore (karena kalau terbang dari samarinda ke jakarta rasanya terlalu jauh memutar) dan lanjut terbang ke Hong Kong dari Singapore dengan Singapore Airlines setelah menginap semalam di Joo Chiat karena di sanalah makanan makanan halal kesukaan saya banyak berada.


tapi yang jelas, saya selalu memilih tanggal terbang di saat maskapai di dunia lagi butuh butuhnya duit yaitu setelah lebaran idul fitri dan setelah orang orang pulang haji.


terkait penginapan, biasanya saya punya specific requirement dan bener bener ngga’ ada ruang negotiate terkait hal hal ini : harus dekat dengan masjid, dekat dengan makanan halal, dekat dengan halte bus/station MRT/MTR/halte Tram utama, memiliki space untuk solat yang nyaman, memiliki kamar mandi dalam karena saya suka solat malam jadi perlu nyaman untuk wudhu.


ngga’ ada ya cerita saya nginep di hostel/dorm yang cuma dapet space sebesar liang lahat yang cuma muat dipake buat tidur dan main hape. daripada ke luar negeri ngga’ ada privacy dan solat ngga’ ada space, mending saya di rumah aja berdo’a banyak banyak. makanya budget hotel saya adalah 1juta/orang/malam maksimal. ya kalo saya berangkat bertiga sama Annisa, berarti harga hotel maksimal 3juta/malam. budget yang cukup untuk memberi kami pilihan, tapi bukan juga budget yang membuat kami bisa menginap di Mandarin Oriental atau di The Peninsula Tsim Sha Shui yang di atapnya ada kantor imigrasinya itu.



kenapa saya bilang transportasi di Hong Kong adalah yang termahal? karena komparasinya adalah singapura.


di singapura, paling mahal sekali tap itu sekitar 3 dollar singapura itupun jarang banget. ya paling sering sekitar 1-2 dollar aja. sedangkan sekali tap di stasiun MTR itu bisa sampai 25 HKD, kalo naik bus malah bisa langsung kena fare terjauh sekitar 40 HKD sekali tap. akhirnya selama di Hong Kong kami bener bener membatasi diri jangan sering sering ke Kowloon dan fokus muter muter di Hong Kong Island aja jadi bisa ke mana mana naik tram yang jauh dekat 3 HKD dan bisa bayar pake koin dan octopus card.


segitu mahalnya Hong Kong, jadi sebenarnya Hong Kong itu cocok untuk orang yang seperti apa sih?


orang yang suka belanja, urban, culture. suka jalan kaki malam malam, suka nyoba nyoba kopi, suka makan makan dan suka duduk duduk bengong di taman, karena greenery di Hong Kong itu ngga' ada yang jelek.


tempat untuk mereka yang punya makna sendiri tentang Hong Kong, makna yang lebih mendalam dari apa apa yang hadir di social media. kalau perjalananmu adalah untuk social media, lebih baik ke Jepang atau ke Seoul saja.

Monday, July 21, 2025

welcome to Hong Kong!

 


Hong Kong is a vibrant metropolis where modern skyscrapers meet rich cultural traditions.

Known for its stunning skyline, bustling streets, world-class shopping, and diverse food scene, the city is a melting pot of East meets West. Whether it's the neon lights of Mong Kok, the tranquility of Victoria Harbour, or the energy of its markets, Hong Kong offers an exciting fusion of old and new.

Hong Kong it’s a place where reality feels cinematic.

Hong Kong, sebuah destinasi yang benar benar baru untuk saya setelah 10 tahun lalu saya pertama kali menginjak Singapura. kehidupan dan pasang surutnya yang harus saya lalui membuat saya memulai lagi perjalanan saya baru di tahun 2023. di tahun itu, saya 3x ke luar negeri dengan destinasi yang situ situ aja : singapura di februari, singapura & kuala lumpur di bulan mei dan (kembali) singapura & kuala lumpur di bulan november bertiga dengan Annisa, anak kantor cewek satu satunya di kantor kami yang literally disayangi semua orang.


di januari 2024, saya mengunjungi singapura & george town, penang. sebuah kota baru untuk saya dan faizah tapi bukan sebuah negara baru. exited, tapi masih sangat familiar. dan setelah kembali mengunjungi singapura di januari 2025, saya, faizah & annisa berangkat ke Hong Kong di bulan april 2025.

Hong Kong bagi saya sangat sangat personal dan juga intentional. banyak hal hal yang saya temukan di dalam diri saya ketika saya berada di Hong Kong. banyak perenungan dan reflection yang kalau saya engga’ ke Hong Kong, saya ngga’ akan pernah temui itu. dan tentu saja, banyak pelajaran dan keberhasilan yang membuat keberanian rasanya seperti tervalidasi.


Hong Kong, bukan tentang foto aesthetic atau pakai outfit outfit lucu, Hong Kong adalah tentang menyibak yang tadinya misty menjadi pasti. jika singapura menjadikan saya manusia yang memiliki framework yang sangat jelas tentang bagaimana menjadi manusia yang tangguh, profesional, punya martabat & harga diri dalam pekerjaan, maka Hong Kong mengisi celah kehidupan dengan rasa yang lebih halus ; Hong Kong membuat saya bertemu kembali dengan diri saya yang paling asli, bahwa hal yang paling berharga adalah privacy dan pour vivre heureux, il faut vivre cache; hidup bahagia, hidup tersembunyi.


welcome to Hong Kong,

this is me that already be my authentic version of myself. 

Sunday, July 20, 2025

Stepping Away, As One Might from a Crowded Room

Not everything beautiful needs an audience, 

a gentle goodbye to step back from social media slowly. 

— lately, I’ve been asking myself why the curated noise of social media feels emptier than ever.

Raised between legacy and the pursuit of aesthetics, I’ve always gravitated toward beauty that feels earned — an old sensibility, if you will. I love a well-composed photograph, a city explored on foot, and stories gathered in solitude rather than on a timeline feed. As an introvert, the endless scroll has started to blur what’s real and what’s performative.

So, this is me — stepping back, stepping inward, and reclaiming the art of living offline. 

basically, i'm just an ordinary girl and intovert writer, who loves photography so much, and work on family business  as a creative director day-by-day. enjoying a quite coffee shop while i reading a book, or enjoying a decent travel vacation whatever time permit.. 

i'm not an entertainer, not an influencer, ultimaterly, not a celebrity.  

There are many parts of my life best kept private — and I intend to keep it that way.

glamorous and glory on a daily basis, it's not a word to describe the world i enjoyed every day. 

i have a grunt work ; basic, repetitive and sometimes exhausted. but that's okay. i know what kind the glory and glamour that appear after a very long and tiring grunt work. i know how precious it. 

so, let me show you what I’m choosing to see, beyond the screen.

This space is my way back to what matters — to slower living, thoughtful storytelling, and a life shaped not by algorithms, but by genuine encounters. If you’re here, maybe you feel it too : that longing for something quieter, deeper, more enduring.

Welcome, Let’s begin again.